Minggu, 22 Juli 2012

ANAK KOLONG

PROLOG

Amsterdam, sebuah kota metropolitan di Belanda. Dahulunya merupakan sebuah kota pelabuhan kecil yang maju pesat akibat perdagangan di Eropa pada abad ke-17. Banyak seniman, ilmuwan dan orang cerdas lainnya yang hijrah ke Amsterdam setelah jatuhnya Pelabuhan Antwerpen di Belagia Utara karena serangan kerajaan Spanyol yang dipimpin oleh Raja Philips II. Semenjak saat itu, Amsterdam menjadi jantung bagi pergerakan kehidupan masyarakat Nederlanden. 

Di sebuah rumah bergaya Renaissance, tidak jauh dari aliran Sungai Rijn, seorang pemuda bertubuh tegap terbelalak hampir tak percaya dengan apa yang ditemukannya. Sepucuk surat dan sebuah koper tua berwarna coklat tertata rapih di zolder rumahnya. Koper itu terkunci dengan sebuah gembok aneh. bentuknya menyerupai seekor naga bermahkota dan bersayap. Mata gemboknya memiliki dua lubang yang panjangnya sekitar 5 cm, masing-masing berada di kanan dan kiri. Di tengahnya terdapatnya tiga digit kombinasi angka yang tidak kalah anehnya. Angka itu bukanlah angka romawi atau angka-angka universal lainnya yang dikenal oleh masyarakat dunia. Gembok itu sepertinya sengaja dibuat agar tidak seorangpun dapat membukanya. Stevanus Adrianus, mahasiswa tingkat akhir Universitas Leiden berusaha mencari jalan untuk membuka gembok itu. Ia mengambil sebuah linggis panjang dan menghantamkannya ke gembok itu dengan sekuat tenaga. Suara hantaman linggis yang beradu dengan gembok menggetarkan atap rumah. Namun gembok itu tak bergeming sedikitpun. Kedua kalinya ia mencoba menghantam gembok itu dengan linggis, tapi kali ini sedikit mencungkilnya. Gembok itu pun tak berubah dari bentuk awalnya.

Di lantai bawah, Robert van de Parra paman Adrianus yang sedang mendengarkan musik klasik dari piringan hitam, mulai merasa terganggu dengan suara bising-bising di atas kepalanya. Ia bangkit dari kursi goyangnya dan mematikan piringan hitam yag ia beli di pasar tweedehands minggu lalu. Raut wajahnya berubah menjadi kasar. Keriput-keriput di sekeliling dahi dan lehernya menegang. Matanya bringas bagai harimau bengali yang melihat buruannya berlari-lari di depan matanya. Ia menuju ke pojok rumah dan mengambil tongkat golf tuanya. kemudian ia mengambil sebuah tangga lipat di gudang dan merentangkannya di dinding. Di gedor-gedornya atap rumah dengan tongkat golf kesayangannya. Duk...duk..duk...dukdukdukduk. "Hei! Siapa itu di atas? Adrianus, kau kah itu?" "Apa yang sedang kau lakukan di atas sana? Cepat turun! Kau telah mengganggu kesenanganku." Tak ada jawaban dari atas sana. Hingga beberapa kali Robert melakukan hal yang sama dan akhirnya amarahnya tak dapat dibendung lagi. Ia menaiki tangga rumah yang terbuat dari kayu mahoni dan dihiasi karpet coklat gading dengan perlahan-lahan agar mangsanya di atas tidak mendengarnya. Pada langkahnya yang kesekian, tak sengaja ia menginjak bagian tangga yang sudah lapuk. Bunyinya menimbulkan suara berdenyit seperti mobil yang kehabisan bensin. "Hampir saja, pikirnya." Dua anak tangga lagi ia sampai di zolder. Ia berjalan menggunakan ujung jari-jari kaki seperti balerina sekolah menengah yang sedang pentas di acara liburan musim dingin.


Kamis, 05 Mei 2011

Music: Secondary or Primary Needs?

"In music the passions enjoy themselves", it was Friedrich Nietzsche

Selasa, 19 Oktober 2010

Potret Seorang Indo

Oleh Bekti Supriadi



Panggil aku Djoko. Yah...Itulah namaku. Aku dilahirkan di Solo 12 tahun yang lalu. Teman-temanku sering sekali mengejek aku dengan sebutan Belanda Jawa. Aku tidak pernah merasa di dalam tubuhku mengalir darah penjajah. Perawakanku sama seperti orang Jawa pada umumnya. Kulit sawo matang kehitam-hitaman, rambut hitam ikal, dan mataku coklat. Namun ada satu dari tubuhku yang membedakan aku dengan orang Jawa. Tubuhku lebih tinggi dan kekar dibandingkan dengan anak seusiaku. Namun aku tidak pernah merasa di dalam tubuhku mengalir darah penjajah. Sampai akhirnya aku menemukan….
“ Ibu, mengapa teman-temanku memanggilku Belanda Jawa ?”
“ Biarkan saja Djok. Toh kamu memang bukan orang Belanda. Wong nama kamu saja Djoko. Masa ada orang Belanda namanya Djoko.” 
Aku terdiam sejenak. Aku memikirkan kata-kata ibu barusan. Memang benar, mana ada orang Belanda namanya Djoko. Selain itu aku juga dilahirkan di Solo. Tetanggaku tahu betul siapa keluargaku dan darimana asal keluargaku. Setahuku, aku juga tidak memiliki saudara dari Belanda. “ Aku ini wong Jowo tulen! Teriaku dalam hati.”
Seharian aku terus bertanya kepada ibuku, apakah aku memiliki saudara dari Belanda. Namun ibu selalu menggelengkan kepalanya. Aku pergi keluar rumah meninggalkan ibuku yang sedang menanak nasi dengan membawa pertanyaan di kepalaku. Rasa penasaran ini terus memburuku. 
“ Mungkin teman-temanku tahu asal-usul keluargaku. Kalau tidak mengapa mereka terus saja memanggilku Belanda Jawa. Jika mereka tidak tahu, akan aku tanyakan pada ibu atau ayah mereka, pikirku.”
Aku pergi ke rumah Tono, teman sebayaku yang paling sering mengejekku. Padahal sekali lagi, aku tidak pernah merasa di tubuhku mengalir darah penjajah. Rumahnya tidak terlalu jauh dari rumahku. Tinggal menerobos kebun singkong dan lapangan bola tempat biasa aku bermain dengan teman-temanku.
Sore itu cuaca sangat cerah. Daun-daun berguguran dari pohon kapuk yang meranggas. Sayangnya tanah di desaku hari itu sedang becek. Tadi malam hujan mengguyurnya hingga pagi hari. Namun seperti kebanyakan anak-anak kampung lainnya, keadaan seperti ini digunakan mereka untuk bermain bola sambil kotor-kotoran. 
Aku sampai di pinggir lapangan sepak bola, tempat biasa aku dan teman-temanku bermain. Dari kejauhan aku melihat teman-temanku sedang asyik mengejar bola. Baju mereka tampak sudah tidak bersih lagi. Seperti kain untuk mengepel tepatnya. “ Kalau aku menyapa mereka pasti aku akan diejek habis-habisan, pikirku.” Tapi hanya ini jalan satu-satunya menuju rumah si Tono. Aku melengos saja berpura-pura tidak melihat mereka. Namun tiba-tiba, Dimin menyepakkan bola dengan sengaja ke arahku. Mereka bersama-sama mengejekku. Satu dari mereka memintaku untuk mengambilkan bola yang tadi mengenaiku. Perasaanku sedih. Namun aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku lari sekuat yang ku bisa agar tidak terlihat kalau aku meneteskan air mata.
Aku bingung. Mengapa teman-temanku memperlakukan aku seperti ini. Apakah ini sisa-sisa dari kebijakan rasialisme yang diterapkan kolonial Belanda di Indonesia atau Hindia pada saat itu? Bukankah zaman sekarang orang Indo mudah sekali mendapatkan tempat istimewa dalam tatanan masyarakat. Lihat saja mereka yang hanya berbekal tampang Indo –hidung mancung dan kulit putih. Mereka bebas menentukan arah hidup mereka tanpa tekanan dari sekeliling mereka. Toh, bila aku Indo berkulit hitam, aku pun bebas menentukan duniaku tanpa cercaan kalian!
5 menit kemudian aku sampai di rumah Tono. Di pekarangannya ada sebuah bale yang biasa digunakan oleh ibunya untuk bersantai dikala sore. Udara sejuk di bawah pohon jambu membuat Pak’le Hadjar ketiduran. Aku mendekatinya dan manyapanya. Aku langsung bertanya asal-usul keluargaku padanya. 
“ Pak’le, apakah Pak’le tahu tentang keluargaku?”
“ Maksudmu?”
“ Asal-usul keluargaku. Pak’le kan sudah lama kenal dengan keluargaku.”
“ Ayahmu lahir di Solo dan ibumu di Brebes.”
“ Maksudku, apakah aku keturunan Belanda?”
Wajah ayahnya Tono berubah seketika. Ia bangun dari duduknya dan bertingkah aneh Seakan-akan ada sesuatu yang disembunyikannya. Ia mengatakan bahwa hanya itu saja yang ia ketahui. Tidak ada yang lain. Pak’le Hajdar masuk ke dalam rumah ketika aku terdiam. Tak lama kemudian ia kembali dengan membawa sebuah map berwarna biru. Map itu sudah sangat usang dan berdebu. Baunya seperti daun teh yang baru saja dipetik. Pak’le membuka map itu dan mengambil sebuah foto di dalamnya. Sebuah foto hitam putih yang berwarna kecoklatan diperlihatkan kepadaku. 
Aku tidak percaya melihatnya. Itu adalah foto keluargaku. Foto itu diambil ketika ayah dan Pak’le Hadjar masih berusia 5 tahun. Di balik foto itu bertuliskan tahun 1920, Solo. Pak’le Hadjar menunjuk seorang perempun muda yang sedang menggendong ayahku. Perempuan itu bernama Sarijem. Ia adalah bidan yang membantu persalinan nenekku melahirkan ayah. Pak’le Hadjar mengatakan, jika aku ingin tahu asal-usul keluargaku yang sebenarnya, aku harus mencari Sarijem di Desa Kepuhsiri.
***
Desa Kepuhsiri dahulunya adalah bekas tangsi tentara pada masa pemerintahan Hindia-Belanda. Sekarang desa itu menjadi sebuah perkampungan. Letaknya bersebrangan dengan desaku. Keesokannya aku pergi ke Desa Kepuhsiri menggunakan sepeda ontel milik ayahku. Sepeda ini adalah warisan dari kakekku. Kini aku yang memilikinya. Jalan berbatu membuat stang sepedaku oleng. Hembusan angin di Bulan November begitu kencangnya. Kemudian aku sampai di sebuah jalan kecil berbatu. Di ujung jalan itulah rumah Sarijem.
Dinding rumah Sarijem seluruhnya terbuat dari bilik bambu. Sebelah kanan dan atapnya memberikan ruang untuk cahaya matahari masuk ke dalam. Rumah itu hanya memiliki 2 ruangan. Sebuah ruangan yang disebut ruang tamu menyatu dengan sebuah kamar tidur kecil. Lurus lagi ke dalam langsung dapur. Lalu sebelah kiri dapur, pojok kanan, sebuah kamar kecil penuh dengan kecoa dan sarang laba-laba yang nantinya kita sebut kamar mandi.
Ketika aku masuk ke dalam rumahnya. Tampak seorang wanita tua menyambutku dengan ramah. Seluruh wajahnya dipenuhi dengan kerutan yang menandai bahwa ia sudah tidak muda lagi. Pakaian yang dikenakannya hanya sebuah kebaya dan kain batik lusuh. Ia menghampiriku dengan langkah gontai seakan-akan semua tulangnya ingin rontok. 
“ Le, gole’i sopo?”
“ Madosi Mbah Sarijem.” 
“ Ono opo tho, le? Aku Mbah Sarijem.”
“ Saya Djoko Mbah, anaknya Karno. 60 tahun silam Mbah membantu persalinan ayahku.”
Mbah Sarijem maju beberapa langkah mendekatiku. Cukup lama ia memandangi wajahku seakan-akan sedang mengingat-ingat. Kemudian ia mulai bicara.
“ Oh…ya..ya, saya ingat. Nenekmu Tumio kan?”
“ Iya mbah…”
“ Ada apa kamu ke sini?”
Kami berdua duduk di bale lapuk yang terbuat dari bambu. Wajah Mbah Sarijem memancarkan cahaya kegembiraan disertai kesedihan akan kenangan masa lalu. Ia terus saja memandangiku sambil sesekali meraba-raba wajahku. Perlahan, seakan-akan ia sedang mengingat-ingat kejadian itu.
Mbah Sarijem lahir di Desa Kepuhsiri ketika pendudukan kolonial Belanda bertengger dengan nyamannya di tanah Indonesia atau Hindia-Belanda saat itu. Ketika itu usianya 16 tahun. Ia hadir di dalam keluargaku sebagai bidan yang membantu kelahiran ayah. Namun sampai saat ini tidak ada yang tahu pasti kapan ia dilahirkan karena saat ia menjadi bagian dari keluarga kami seluruh keluarganya telah tiada. Ibu dan ayahnya meninggal karena musibah kebakaran. Begitu juga dengan akte kelahirannya. Ia kembali masuk ke dalam rumah dan keluar membawa sebuah kotak kecil berdebu yang terbuat dari kayu mahoni berpelitur coklat. Di dalamnya lagi-lagi terdapat sebuah foto hitam putih. Kembali sebuah gambaran keluarga yang muncul. Namun kali ini sebuah foto keluargaku lengkap dengan kakek dan nenekku. Mereka berdiri di sebelah kanan dan kiri mengapit ayahku yang masih bocah. Di sebelahnya berdiri anak laki-laki yang tidak aku kenal. Anak itu sangat berbeda dengan ayahku. Ia berkulit putih, hidungnya mancung dan rambutnya pirang. Kemudian Mbah Sarijem menceritakan bahwa itu adalah adik ayahku. Namanya Tjarlie Robinson. 
*** 
Tentang Om Tjarlie, aku tidak mendapatkan banyak informasi dari Mbah Sarijem. Namun aku pernah diceritakan oleh ayahku sebelum ia meninggal dunia bahwa Om Tjarlie sangat baik. Ia lahir seperti air susu yang jatuh di dalam segelas kopi Indisch yang terkenal itu. Perawakannya tinggi, hidungnya mancung dan kulitnya putih dengan sedikit bintik-bintik merah. Berbeda sekali dengan keturunan ”wong londo” pada umumnya yang memiliki banyak bintik merah pada kulitnya karena cuaca Hindia yang sangat terik. Wataknya sangat lemah lembut. ” Ayah masih ingat betul ketika ada seekor anjing kampung yang tertabrak mobil, ia mengambil bangkainya dan menguburnya di halaman belakang rumah, katanya.”
Kami berdua sama-sama bersekolah di ELS atau Sekolah Dasar Eropa di Solo saat itu. Ia sangat pintar, terutama pelajaran ilmu bumi dan menghitung. Setelah pulang sekolah bisanya kami bermain layang-layang atau kelereng bersama teman yang lain di halaman belakang rumah Meneer Adriaan Moens yang berada di kampung seberang. Rumah itu sangat besar dengan empat tiang penyangganya yang dipelitur putih. Di depannya terdapat kebun yang sangat luas dengan ditanami Rhabarber, Geranium, pohon asam, jeruk, dan mangga. 
Namun ayah menganggapnya agak aneh dengan keputusannya untuk menjadi tentara Hindia-Belanda. Ia dikirim ke Belanda untuk menjalani karantina selama 10 tahun. Setelah kembali ke Hindia, ia ditempatkan di kampung kita dengan pangkat kolonel. Suatu ketika terjadi wabah penyakit pes di kampung kita. Semua Dokter Belanda sudah angkat tangan menangani kejadian ini. Banyak warga kampung yang meninggal dunia. Melihat kejadian itu Om Tjarlie tidak ambil diam. Ia mendengar bahwa di Betawi ada seorang Dokter Djawa bernama Tjipto Mangoenkoesoemo yang sangat ahli. Kemudian ia berangkat ke sana dan kembali lagi setelah tiga hari bersama Dokter Djawa itu. Seminggu setelah itu, wabah penyakit di kampung kita berangsur-angsur menghilang. Om Tjarlie juga sangat berbeda dengan Tentara Belanda lainnya yang suka menghardik warga kampung. Ia justru sering bercerita kepada anak-anak sekitar kampung tentang pengalamannya selama di Negri Kincir Angin
***
Kini aku berusia 21 tahun. Setelah menamatkan kuliahku, aku mendapatkan beasiswa dan berkesempatan untuk mendapatkan gelar Magister di Belanda. Di kota Delft tepatnya. Kesempatan ini aku gunakan untuk mencari Om Tjarlie yang menurut Mbah Sarijem pidah ke Belanda setelah Hindia-Belanda dikuasai Jepang pada tahun1942. Saat itu mereka berdalih sebagai saudara tua yang datang untuk melepaskan belenggu penjajahan di Tanah Hindia. Walaupun pada akhirnya mereka pun menjajah. 
Aku tidak tahu-menahu tentang Om Tjarlie di Belanda. Aku hanya memiliki selembar foto tua pemberian Mbah Sarijem dan sepucuk surat dari ayah sebelum ia meninggal. Begini isinya....

           

           Solo, 23 September 1991

     Anakku Djoko, setelah kau membaca surat ini, itu berarti ayah telah tiada. Ada satu rahasia yang belum sempat ayah ceritakan kepadamu. Sebenarnya di dalam tubuhmu masih mengalir darah Belanda dari kakek buyutmu. Ia adalah seorang Mandor di sebuah perkebunan kopi di kampung kita. Beberapa tahun kemudian, ia jatuh hati dengan seorang gadis pribumi. Kamu memiliki Om yang bernama Tjarlie Robinson. Kini ia tinggal di Belanda bersama kelurganya. Ayah ingin kamu mencarinya di sana. Ayah yakin ia pasti mau menerimamu agar kamu kelak bisa menimba ilmu di Belanda. Maafkan ayah baru cerita sekarang karena ayah tidak mau kamu dicemooh oleh orang kampung karena darah Belanda yang mengalir dalam dirimu. Ayah pernah dikabari bahwa sekarang ini Om Tjarlie tinggal di Delft. Bawalah surat ini dan berikan padanya.

                                                                                                                                                       Wassalam

                                                                                                                                                        Ayahmu 


Aku menyimpan surat dari ayah ini di dalam saku kemeja garis-garisku. Langkah pertamaku di Delft disambut dengan hembusan angin musim gugur dan dedaunan yang ikut terbang membawa masa kecilku. Dari kejauhan, di sebuah kantor pemerintahan daerah kota Delft, terdengar suara paduan suara yang dihujani bunyi musik yang mendayu-dayu. Lembut...dan lama-kelamaan semakin lirih dan menghilang dalam sekejap. Aku berlari mencari-cari apa yang terjadi dengan orang-orang yang bernyanyi barusan. Aku menemukan semua kepala mereka tertegun dan beberapa menit kemudian kembali tegak. Setelah aku bertanya dengan bahasa Belandaku yang pas-pasan, aku menemukan bahwa saat ini sedang diperingatinya hari mengenang para pahlawan yang gugur pada PD II. Kemudian orang-orang itu bergegas ke pemakaman yang tidak jauh dari situ dengan seikat bunga tulip disetiap genggam. Diam-diam aku ikuti mereka sampai ke pemakaman. Di depan pemakaman itu terpampang sebuah papan putih besar yang bertulisakan nama-nama pahlawan yang dimakamkan di sini. Sepintas aku teringat dengan Om Tjarlie yang juga bekas tentara PD II. Aku mencari namanya dari atas ke bawah, kanan ke kiri dan kembali lagi atas. 
Di pojok kanan atas aku menemukan sebuah nama yang hampir pudar. Jantungku berpacu kencang. Mataku terbelalak dan nafasku terengah-engah. Om Tjarlie yang ku cari ternyata satu dari sekian ribu tentara yang gugur di medan perang. Selang berapa menit aku menemukan makamnya. Di sana sudah berdiri terlebih dahulu seorang gadis cantik berambut pirang dan berkulit putih seperti malaikat bule. Aku mendekatinya dan dari radius beberapa meter sudah tercium bau parfum sang malaikat yang memikat hati. aku jabat tangan halusnya. Evelyn namanya. Aku menjelaskan padanya bahwa aku keponakan Om Tjarlie dari Indonesia. Aku berikan juga foto tua pemberian Mbah Sarijem. Kemudian kami pergi dari pemakaman dan menuju kampus baruku.
Setelah 10 tahun aku tinggal di Belanda dan mendapatkan gelar Master, aku masih menganut adat-budaya leluhurku Jawa. Aku beniat untuk melestarikannya walaupun aku berada jauh dari Tanah kelahiranku. Dimana pun aku berada, jiwaku tetap di Jawa.


   
  Depok, 27 Juli 2010



Minggu, 26 April 2009

" Hidup di Belanda : Keberagaman Masyarakat Belanda "


Apabila kita mengibaratkan Belanda dengan Indonesia yang multikultural, Belanda adalah Indonesia yang berada di Eropa barat. Mengapa? Karena semakin bertambahnya era, Belanda semakin multikultural. Penduduk Belanda kurang lebih hanya 16.000.000 jiwa dengan luas negara sebanding dengan luas Yogyakarta+Jakarta. Namun sejak PD II, dimana negeri Belanda di bombardir oleh Jerman-semua infrastuktur hancur-memaksa mereka harus mengimpor tenaga-tenaga kasar dari luar Belanda. Ada suatu wacana yang mengatakan bahwa Belanda mengimpor tenaga-tenaga kasar tersebut karena rakyatnya sendiri tidak mau bekerja sebagai buruh.

Pada tahun 1945, sebagian besar wilayah Belanda hancur lebur. Rakyat menginginkan Belanda dibangun kembali dengan cepat. Untuk itu dibutuhkan banyak tenaga manusia dan mesin. Sebelumnya pada akhir tahun 40-an sangat sedikit orang-orang bekerja untuk itu. Oleh karena itu pemerintah Belanda mengundang orang Itali untuk datang ke Belanda. Mereka disebut gastarbeiders atau buruh asing. Dalam kondisi yang sedemikian hancurnya, orang-orang di luar Belanda masih tetap melakukan permintaan produk-produk Belanda. Kemudian pada tahun 50 dan 60-an pemerintah Belanda mengundang orang Itali dan spanyol untuk bekerja di industri tekstil. Tetapi perusahaan-perusahaan masih membutuhkan lebih banyak lagi pekerja. Oleh karena itu Pemerintah Belanda kembali mengundang orang-orang dari Turki dan Maroko untuk bekerja.

Di luar Belanda, orang-orang mendengar bahwa Belanda sedang mencari tenaga buruh. Banyak orang-orang baik dari negara kolonial Belanda seperti Antilen, Aruba de el el datang ke Belanda untuk mencari pekerjaan. Ketika itu mencari pekerjaan di Belanda sangatlah mudah. Tahun 1966 dan 1967 di seluruh dunia sedang terjadi krisis moneter. Permintaan atas produk-produk Belanda semakin berkurang. Oleh karena itu, lapangan pekerjaan semakin sedikit dan banyak orang yang dipecat dari pekerjaannya. Pemerintah Belanda mencoba mengatasi masalah tersebut dengan tidak lagi menerima buruh imigran dari Laut Tengah. Pada saat itu sangat sulit untuk buruh untuk mendapatkan izin tinggal. Perusahaan-perusahaan tidak bisa begitu saja menerima pekerja. Apabila kita melihat kembali ke belakang banyak sekali orang-orang dari berbagai negara, suku, agama, budaya dan tradisi yang berbeda-beda datang ke Belanda. Ketika itu alasan mereka adalah untuk mencari pekerjaan. Namun kini banyak sekali imigran-imigran yang datang ke Belanda dengan alasan yang beragam. Yang pertama adalah alasan politik. Beberapa orang merasa tidak aman di negara mereka sendiri. Mungkin karena adanya perang atau yang memiliki masalah dengan kepercayaan. Oleh karena itu mereka pergi dari negara mereka ke negara lain datang mencari perlindungan atau suaka termasuk ke Belanda. Namun para pengungsi tersebut datang atas undangan pemerintah Belanda yang terikat suatu perjanjian internasional untuk menerima semua imigran. Tetapi ada juga imigran yang datang tidak atas undangan pemerintah Belanda. Mereka ini disebut asielzoeker/pencari suaka. Alasan lain orang-orang berimigrasi ke Belada adalah karena alasan ekonomi, dimana mereka ingin mengubah nasib mereka di Belanda. Kemudian ada juga karena alasan keluarga mereka sudah tinggal di Belanda terlebih dahulu. Sekarang alasan mereka semakin beragam. Ada yang karena meneruskan pendidikan mereka di Belanda dan menikah dengan orang Belanda. Dengan ini dapat terlihat bagaimana kebudayaan asing bertemu dengan kebudayaan Belanda. Sering kali peristiwa ini mengalami pergesekan dan menimbulkan konflik. Oleh karena itu bagi yang ingin tinggal di Belanda harus mengetahui bagaimana karakter asli orang Belanda.

Jika kita bicara dengan orang Belanda tatap langsung matanya karena menurut mereka tidak sopan apabila bicara tidak melihat mata mereka dan mereka juga akan berpikir kalo kita tidak jujur. Namun hal ini sangat berbeda dengan budaya Indonesia. Menurut budaya kita malah tidak sopan apabila melihat mata orang saat berbicara, apalagi dengan orang yang lebih tua. Selain itu orang Belanda tidak banyak menggerakan tangan mereka saat berbicara. Mereka juga tidak pernah berdiri dekat kita saat bicara. Mereka lebih senang menjaga jarak. Orang Belanda juga sangat tidak suka apabila saat bicara, lawan bicaranya menyentuh mereka apalagi untuk orang yang baru dikenal. Selain itu mereka tidak suka bersuara keras saat berbicara dan berbicara dengan mereka harus satu per satu. Yang paling agak sedikit menyakitkan untuk kita saat berbicara dengan mereka adalah mereka berbicara sangat langsung. Maksudnya adalah mereka tidak pernah menutup-nutupi apa yang mereka pikirkan dan rasakan. Seorang murid di Belanda boleh berkata kepada dosennya apabila mereka melakukan kesalahan. Menurut orang Belanda itu tidak brutal malah mereka berpendapat itu sangat bagus. Lalu yang aneh dari orang Belanda adalah mereka selalu bilang mengapa?mengapa begitu? (BT___). Kemudian kalo kita menjawab pertanyaan mereka harus jelas iya to tidak. Hal ini juga mereka lakukan saat membuat janji, jadi atau tidak dan jika tidak kita harus memberi tahu alasannya. Orang Belanda juga agak aneh tentang perasaan mereka. Kadang mereka sering triak-triak ga jelas kadang nangis apabila ada yang meninggal kemudian biasa kembali.

Dalam hidup ditengah-tengah masyarakat banyak memang kita harus pintar-pintar beradaptasi dan belajar bagaimana menyatu dengan mereka. Nah....di Belanda banyak tempat untuk kita saling mengenal contohnya di sekolah. Selain itu juga sportclub bisa menjadi ajang bagi kita untuk saling mengenal karena orang-orang Belanda tergolong suka olah raga. Anak-anak muda di Belanda kalo weekend biasanya pergi ke sportclub, diskotik, atau snackbar. Di sana mereka akan bertemu. Di dalam kehidupan bermasyarakat di Belanda, laki-laki dan perempuan diperlakukan sama. Mereka memiliki kewajiban dan hak yang sama. Satu lagi, karena Belanda adalah negara yang liberal, mereka satu sama lain juga bebas asal suka sama suka. Mereka bebas berciuman di jalan atau pegangan tangan. Tetap walaupun bebas, mereka sangat menjunjung tinggi privacy seseorang. Namun hal ini sedikit diartikan lain oleh kebanyakan orang. Mereka menganggap justru orang Belanda sangat dingin dan tidak mau tau dengan keadaan sekitarnya.

Provinsi yang terpadat dan yang paling banyak dihuni oleh orang asing adalah Randstad yang terdiri dari Amsterdam, Rotterdam, Den hag dan Utrecht. Di sini juga banyak sekali tinggal imigran-imigran karena bisa dibilang pusat perekonomian Belanda ada di kota tersebut. Walaupun kini Belanda sangat multikultural, bukan berarti tidak pernah ada diskriminasi. Sekitar tahun 70-an ada yang namanya verzuiling/pengkotak-kotakan. Namun hal ini tidak terjadi seperti Apertheid. Pengkotakan disini terlihat pada surat kabar, siaran televisi, perkumpulan. Jadi ada surat kabar yang bercorak katolik, protestan de el el. Di Belanda juga banyak berdiri restauran-restauran asing seperti, restoran Turki, Jepang dan bahkan ada restauranIndonesia loh...jadi apabila kita kangen dengan makanan Indonesia kita juga bisa menemukannya disana dan jangan harap bila sudah tengah malam ada tukang nasi goreng atau somay yang lewat karena yang ada hanya restauran.
BlogItemURL>
">Link

Selasa, 31 Maret 2009

Beradaptasi dengan Budaya Negeri Kincir Angin















gambar diunggah dari www.google.com
Di Belanda
tinggal orang-orang Belanda (Nederlanders) dan orang-orang yang berasal dari negara lain seperti Maroko, Turki, Indonesia de el el dengan kepentingan yang berbeda-beda. Ada yang ingin meneruskan pendidikannya, mencari suaka, merubah kehidupanya atau malah memiliki keluarga di Belanda. Dengan demikian mereka yang memiliki kepentingan di Belanda dalam waktu yang cukup lama harus mengetahui dan mencoba beradaptasi dengan kebudayaan dan karakter orang-orang Belanda. Tidak sedikit orang-orang yang datang ke Belanda merasa heran dan kaget setengah mati dengan kehidupan disana yang berbeda dengan di negaranya. Bahkan orang yang berasal dari negara tetangga terdekat Belanda yaitu German juga merasa budaya Belanda sangat aneh.

Di indonesia biasanya dalam satu keluarga kita tinggal bersama ayah, ibu, opa dan oma. Tinggalnya pun berdekat-dekatan dengan sanak keluarga. Kadang yang sudah memiliki keluarga sendiri juga tinggalnya tidak jauh dengan orang tua atau paman dan bibi, malah ada yang numpang dengan bonyok (bokap-nyokap). Di Belanda, dahulu mereka sama seperti di Indonesia, dalam satu keluarga ada ayah, ibu, opa, oma dan anak-anaknya. Mereka tinggal bersama dan saling tolong-menolong. Opa dan oma dilimpahkan tugas untuk mengurus anak-anak jika ayah dan ibunya pergi bekerja dan jika opa dan omanya sakit mereka akan dirawat. Tetapi itu dulu. Sekarang orang Belanda tidak tinggal dengan keluarga lengkap tetapi hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak. Jika kita berkunjung ke Belanda, kita bisa melihat rumah orang Belanda yang disebut eengezinswoningen yaitu rumah yang ditempati hanya oleh satu keluarga (ayah, ibu, anak). Jadi mereka yang telah berkeluarga akan mandiri dan tidak tinggal lagi dengan orang tuanya dan anak-anak di Belanda jarang sekali berkomunikasi dengan om dan tantenya.

Kebanyakan orang di Belanda tinggal dengan keluarga mereka di sebuah rumah. Tetapi tidak setiap orang tinggal seperti itu. di Belanda juga ada rumah yang disebut eenoudergezinnen yaitu anak-anak tinggal hanya dengan satu orang tua yang disebabkan kedua orang tuanya cerai atau salah satu orang tuanya ada yang meninggal.

Namun ada satu budaya mengenai cara orang Belanda tinggal yang dapat mengagetkan orang timur yaitu samenwonen. Samenwonen adalah setiap orang di Belanda boleh tinggal bersama dalam satu rumah walau tanpa adanya status pernikahan. Belanda juga sangat menjunjung tinggi kebebasan. Bahkan hubungan homo dan lesbian juga di bolehkan sehingga banyak pria dengan pria dan wanita dengan wanita yang samenwonen. Mereka tinggal dan hidup bersama seolah mereka menikah. Biasanya anak-anak remaja yang telah berusia 16 tahun akan memutuskan untuk tidak lagi tinggal bersama orang tua mereka. Jika kita melihat undang-undang Belanda, seseorang dianggap sudah dewasa jika ia telah berusia 18 tahun. Biasanya mereka akan indekost jika mereka masih sekolah

Di Belanda juga ada rumah yang disebut woongroep. Maksudnya adalah orang-orang tinggal bersama dalam satu rumah yang satu sama lain bukan keluarga. mereka masak dan makan bersama-sama. Orang yang sudah lanjut usia di Belanda akan tinggal dirumah mereka sendiri, tanpa anak-anak mereka. Jika mereka tidak dapat lagi mengurus diri mereka sendiri, mereka dapat tinggal di bejaardentehuis atau verzorgingtehuis, semacam panti jompo. Orang Indonesia biasanya sangat bangga apabila mereka bisa membiayai hidup orang tua mereka, tapi di Belanda itu tidak perlu karena orang-orang yang sudah lanjut usia akan diberiakan uang dari pemerintah (AOW) dan jika mereka bekerja, mereka juga akan mendapatkan pensioen. Jika oarang-oarang yang telah lanjut usia tersebut sakit, mereka dapat pergi ke verpleegtehuis yaitu sejenis rumah sakit untuk orang-orang yang telah berusia lanjut.

Dahulu laki-laki dan perempuan di Belanda harus menikah untuk tinggal bersama didalam sebuah rumah. Tetapi sekarang sudah menjadi kebiasaan, dua orang tinggal bersama/samenwonen tanpa adanya status pernikahan. Banyak orang Belanda percaya dengan melakukan itu merupakan cara terbaik untuk belajar saling mengenal satu sama lain. Orang tua di Belanda juga berpendapat hal itu sangat bagus, teman laki2 atau perempuan tidur bersama dengan anak perempuan atau laki2 mereka sebelum menikah. Tetapi biasanya kebanyakan orang yang samenwonen akan menikah jika mereka telah membeli rumah atau jika mereka mendapatkan anak. Orang Belanda yang memiliki sebuah hubungan berpendapat bahwa sangat penting jika mereka saling mengerti, saling respek dan saling mencintai satu sama lain.
Jika seseorang menikah, mereka dapat merayakan pesta pernikahan mereka dengan cara yang berbeda-beda. Biasanya mereka akan mengirim undangan ke keluarga atau teman. Di Belanda pengantin wanita dan pasangannya biasanya melangsungkan pernikahan di Balai kota atau di gereja. Seperti pada pernikahan di luar negeri umumnya mereka mengenakan gaun putih dan pengantin prianya mengenakan jas satu set. Tetapi mereka juga dapat mengenakan sesuatu yang berbeda. Seperti biasa setelah pernikahan berlangsung, biasanya diadakan resepsi. Setiap orang datang dan memberikan selamat pada pasangan pengantin dan disana mereka makan dan minum. Para tamu membawa kado untuk pengantin. Setelah itu kadang-kadang masih ada acara makan malam dan pesta. Selanjutnya pengantn akan liburan: huwelijkreis/bulan madu.
Lalu setelah menikah pastinya nanti bakalan punya anak dong....nah apa ya yang dilakukan orang Belanda jika mereka melahirkan seorang anak. Di Belanda jika ada seorang anak yang dilahirkan, ayah dan ibunya akan mengirimkan gebortekaartjes/kartu kelahiran kepada keluarga atau teman terdekat. Di kartu itu terdapat nama si bayi dan kapan ia dilahirkan. Kadang-kadang juga terdapat keterangan berat badan dan panjang tubuh si bayi saat dilahirkan. Untuk menandakan kalau di rumah tersebut ada seorang pendatang baru, orang Belanda juga biasanya meletakan papan yang berbentuk burung bangau yang sedang membawa anak di paruhnya di depan rumah mereka. Lalu kapan orang-orang dapat melihat bayi tersebut. keluarga dan teman-teman orang Belanda akan mengirimkan kartu ucapan selamat untuk si ibu dan ayah yang baru mendapatkan Bayi. Mereka juga akan pergi ke kraamvisite (kunjungan bersalin) dengan membawa kado. Jika si Bayi telah dibawa pulang, tamu yang berkunjung akan dijamu dengan kue. Kue tersebut diatasnya di taburi meisjes berwarna yang setiap warnanya memiliki makna. Jika warna kue yang disuguhkan berwarna merah jambu-putih, berarti sang bayi berkelamin perempuan dan jika berwarna biru-putih anak laki-laki. Lalu juga ada yang berwarna biru dan merah jambu ini untuk bayi yang terlahir didalam keluarga yang berdarah raja atau bangsawan. Tamu yang akan berkunjung biasanya membawa kado berupa peralatan bayi atau bir untuk ayahnya. Terakhir biasanya ada yang diajak untuk makan malam bersama.









gambar diunggah dari www.google.com



Bagaimana orang belanda merayakan ulang tahun mereka? Jika seseorang di Belanda berulang tahun dan merayakannya di rumah, sama dengan di Indonesia, rumah mereka akan dihias dengan balon-balon. Selanjutnya tamu yang datang akan duduk di kursi yang telah disiapkan sambil menunggu yang berulang tahun dan kue tart. Kursi tersebut diletakan berjejer mepet dengan tempok seperti antrian di rumah sakit. Ketika yang berulang tahun keluar dengan membawa kue tart, semua orang akan bernyayi dan mengucapkan selamat. Tetapi kita mengucapkan selamat tidak hanya dengan yang berulang tahun saja tetapi dengan semua keluarganya. Seperti kebiasaan orang Belanda, mereka akan mencium pipi tiga kali. Ini juga dilakukan saat mereka sedang berpapasan dijalan. Kemudian tamu yang membawa kado akan memberikan kadonya. Tetapi ada perbedaan dengan kebiasaan di Indonesia. Jika di Indoensia kado yang telah diberikan akan dibuka nanti ketika para tamu telah pulang semuannya. Di Belanda kado harus dibuka langsung didepan orang yang memberikan. Jadi jika yang berulang tahun tidak menyukai atau telah memiliki barang yang dikadokan, mereka akan meminta langsung untuk menukarnya. Oleh sebab itu jika kita belanja di Belanda, bon atau tanda pembelian jangan langsung dibuang karena bisa ditukar kembali tetapi batas waktu penukaran tidak boleh lebih dari satu hari. Apabila kita teman dekat dari yang berulang tahun, biasanya kita akan ditawarkan untuk ikut makan malam bersama. Tapi jangan sangka pesta yang dibuat semeriah seperti di Indonesia. Mereka hanya menyediakan makanan kecil, minuman dan kue tart saja karena makan besarnya saat makan malam. Jadi ketika kita telah mengucapkan selamat dan makan, kita bisa langsung dapat pulang kembali kecuali orang yang diajak makan malam. Kebanyakan orang Belanda memiliki verjaardagskalender/kalender ulang tahun. Di kalender itu tertera kapan keluarga dan teman-teman mereka ulang tahun. kalender ini juga biasanya tergantung di belakang pintu wc. Aneh ya......

Teruzz..kalo ada yang meninggal gimana cara kubirinnya. Jika seseorang di Belanda meninggal dunia, anggota keluarganya akan mengirimkan kartu ke keluarga yang lainnya, teman dan kenalan. kadang-kadang mereka juga membuat beritanya di koran. Di kartu atau berita di koran tersebut tertera siapa yang meninggal dan kapan penguburan atau dikeramasinya. Keluarga, teman, dan kenalan mereka nantinya akan mengirimkan kartu kembali ke anggota keluarga yang meninggal untuk memberikan semangat agar tabah. Biasanya waktu penguburan dan kramasnya hanya satu hari. Kemudian pada hari penguburan atau kramas biasanya ada herdenkingsdienst untuk orang yang meninggal. Keluarga atau temannya akan bercerita sesuatu tentang hidup orang yang meninggal itu. Saat penguburan orang-orang biasanya mengenakan pakaian serba hitam karena warna hitam adalah warna berkabung di Belanda.

Agama dan hari besar sangat penting di kabanyakan negara. Setiap negara memiliki hari besarnya sendiri, baik yang bersangkutan maupun tidak bersangkutan dengan agama. Belanda sangat menjunjung tinggi kebebasan beragama. Ini mungkin dikarena sekitar abad ke 15 adanya pemaksaan agama yang dilakukan oleh Spanyol terhadap rakyat de lage landen (sekarang belanda). Hal ini menyebabkan adanya protes yang dilakukan oleh rakyat Belanda yang dipimpin oleh Willem van Oranje (bapak tanah air belanda) sehingga timbul yang namanya perang 80 tahun "de tachtig jarige Oorlog". itulah yang menyebabkan adanya agama Protestan. Kebebasan beragama juga tercantum di UUD Belanda. Itu artinya setiap orang boleh memilih sendiri agama yang diyakininya. Agama yang paling besar/penting di Belanda adalah agama Nasrani. Pada agama Nasrani, hari Minggu adalah hari yang tenang. Pada hari Minggu orang-orang Nasrani pergi ke gereja. Oleh karena itu pada hari ini sekolah-sekolah, kantor-kantor dan banyak toko yang tutup. Ini juga yang melatarbelakangi mengapa hari Minggu dijadikan hari libur di Indonesia. Karena Indonesia pernah dijajah Belanda. Di dalam agama Nasrani sendiri ada bermacam-macam gereja: gereja katolik roma, gereja pembaharuan( de hervormde kerk) dan gereja reformasi (gereformeerde kerk). Dua gereja terakhir ada karena adanya unsur sejarah. Tentunya di Belanda masih banyak lagi agama yang lain, karena orang-orang yang ingin tinggal di Belanda tentunya membawa serta agama yang mereka anut.

Hari besar agama apa saja yang ada di Belanda? Pada hari besar Nasrani semua sekolah dan toko-toko di Belanda libur. Jadi anda jangan heran apabila tinggal di Belanda mengalami kesulitan untuk membeli sesuatu di hari besar. Hari besar keagamaan yang pertama adalah carnaval yang diselenggarakan selama 4 hari. Jadi 4 hari bakalan pesta terus-terusan. Orang-orang di hari ini akan mengenakan pakaian yang aneh dan menari. Untuk orang Katolik, ini adalah pesta sebelum paskah dimulai. Pada saat carnaval, oarang-orang boleh makan dan minum banyak juga menyelenggarakan pesta. Setelah itu mereka selama 4 hari (sampai paskah) harus hidup sederhana. Carnaval ini terutama dirayakan di bagian selatan Belanda.
Hari besar agama selanjutnya adalah pasen/paskah. Paskah di Belanda dirayakan selama 2 hari, Minggu dan Senin di bulan Maret atau April. Paskah di Agama Nasrani adalah sebuah pesta untuk mengenang kebangkitan Jezus Kristus dari kematian. Tidak ada yang istimewa dari paskah ini, karena semuanya sama seperti di Indonesia. 40 hari setelah paskah, orang-orang Nasrani di Belanda marayakan hemelvaartsdag atau hari dimana Jezus Kristus diangkat ke langit. Hemelvaartsdag ini selalu jatuh pada hari Kamis. Selanjutnya, 10 hari setelah hemelvaartsdag, ada yang namanya pinksteren. Hari besar agama ini dirayakan selama 2 hari dan selalu jatuh pada hari Minggu dan Senin. Hari yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Nasrani di dunia adalah Hari Natal atau dalam bahasa Belandanya kerstmis. Dimana-mana natal dirayakan pada tanggal yang sama yaitu 25 dan 26 Desember. Beberapa minggu sebelum natal, orang-orang Belanda sibuk sekali membeli pohon natal. setelah itu mereka akan meletakannya di ruang tamu dan menghiasnya. Pada hari natal Nederlanders selalu membuat pesta, yah...bukan natal saja. Memang pada dasarnya orang Belanda suka sekali berpesta. Tidak ada yang khusus pada perayaan hari natal di Belanda. Karena rata-rata semua orang di belahan dunia merayakanya dengan cara yang sama.

Selain pesta perayaan hari besar, Belanda juga memiliki pesta-pesta yang dirayakan setiap tahunnya. Yang pertama adalah Koninginnedag. Koninginnedag adalah hari kelahiran ratu Belanda. Perayaan ini sebenarnya diselenggarakan untuk merayakan kelahiran Ratu pada Bulan Januari. Karena bulan Januari adalah saat winter, pastinya dingin dong, oleh sebab itu perayaan ini di ubah menjadi Tanggal 30 April dan bertepatan dengan hari kelahiran Ratu Julianan. Di setiap kota dan desa di Belanda merayakannya. Anak-anak pada hari itu diperbolehkan bermain sepuasnya. Dan yang paling unik dari perayaan ini adalah semua orang mengenakan baju berwarna oranje. Tetapi bukan hanya baju, masih banyak lagi seperti topi, syal dll. Jadi pada saat itu sudah dipastikan Belanda menjadi lautan oranje..heheh. Ada satu lagi yang unik dari perayaan ini. Dimana-mana ketika perayaan ini diadakan yang namanya rommelmarket atau pasar loak. semua jalan akan ditutup demi terselenggaranya pasar ini, begitu juga trem-trem akan di berhentikan untuk sementara. Kemudian juga di Belanda ada konser musik besar-besaran yang dihadiri oleh semua artis dan penyayi terkenal Belanda. Selain itu biasany Ratu akan mengunjungi 1 atau 2 provinsi pada hari perayaan ini. Lalu bagaimana di indonesia? Pada saat Koninginnedag, biasanya Kedubes Belanda di Indonesia juga menyelenggarakan pesta kelahiran ratu Belanda. Jadi semua orang, organisasi dan kampus-kampus yang berhubungan dengan Belanda akan diundang ke pesta tersebut. Banyak juga loh orang-orang Belanda yang tinggal di Indonesia datang ke sana.











Gambar diunggah dari www.google.com

Selanjutnya tanggal 4 Mei di Belanda dirayakan yang namanya Donderherdenkingsdag. Perayaan ini bukanlah sebuah pesta. Pada tanggal ini semua orang di Belanda akan mengenang semua orang yang meninggal saat perang dunia kedua. Bisa dibilang ini adalah hari berkabung di Belanda atau hari pahlawannya orang Belanda. Tepat jam 8 malam suasana akan terasa sepi di seluruh Belanda selama 2 menit. Kemudian tanggal 5 mei ada Bevrijdingsdag. Maksudnya adalah untuk mengenang pembebasab Belanda dari Jerman pada tahun 1945. Dimana saat itu Belanda di bumihanguskan oleh Hitler karena menjadi sekutu saat PD II. Bagi Belanda itu adalah akhir dari PD II. Nah...pada 5 Desember di Belanda merayakan sinterklaas. Pesta ini terutama untuk anak-anak. Pesta ini dirayakan untuk Saint Nicolaas atau yang dikenal dengan Sinterklas. Pada saat itu semua orang saling tukar kado dan menulis puisi yang lucu. Pesta ini juga diadakan untuk menyambut Natal. Lalu bagaimana tahun baruan di Belanda ya....? Tanggal 31 Desember adalah hari akhir tahun atau biasanya orang belanda menyebutnya dengan Oudjaar. Sekolah-sekolah di Belanda pada saat itu biasanya masih libur Natal. Jadi semua sekolah masih libur. Begitu juga dengan toko-toko dan kantor-kantor biasanya libur duluan. Pada Oudejaarsdag biasanya ada makanan spesial yaitu oliebollen dan appelflappen. Makanan ini juga banyak ditemukan di kios-kios di pinggir jalan. Seperti biasanya, tepat jam 12 malam akan di nyalakan kembang api untuk menyambut tahun baru. Keesokannya adalah nieuwjaar/tahun baru. Kebanyakan orang pasti libur. Kalo di Indonesia ada hari ibu tapi gak ada gari bapak, nah di Belanda ada yang namanya hari ibu dan hari bapak. Hari ibu di Belanda dirayakan pada minggu kedua di bulan Mei dan hari bapak dirayakan pada minggu ketiga bulan Juni.

Budaya Belanda yang paling mencolok jika kita pergi ke sana adalah budaya minum kopi dan bersepeda. Hampir setiap hari mereka minum kopi. Ketika sarapan pagi-biasanya broodje-mereka juga minum kopi, ketika istirahat yang mereka cari adalah kopi. Selain itu kopi adalah jenis minuman yang paling banyak diminum oleh orang Belanda dibandingkan dengan susu. Jika kita di Indonesia sehabis makan kita langsung minum air putih, mereka malah minum teh atau kopi. Setelah kopi jenis minuman lain yang paling banyak diminum oleh orang Belanda adalah teh,anggur,susu de el el. Lalu mengapa air putih tidak termasuk? mungkin ini dikarenakan air keran di Belanda bisa langsung diminum tanpa harus dimasak terlebih dahulu.

Nah...kalo bersepeda ini juga salah satu olahraga plus kebiasaan orang Belanda yang patut ditiru oleh orang Indonesia. Di Belanda sepeda adalah kendaraan yang terbanyak jumlahnya. setiap satu keluarga biasany punya 2 atau 3 sepeda. Mereka selalu menggunakan sepeda dalam keseharian mereka. Ketika berangkat kesekolah, Belanja, jalan-jalan dan bahkan orang bekerja yang memakai dasi pun memakai sepeda. Kebiasaan ini juga mungin didukung oleh keadaan tanah Belanda yang begitu datar dan hampir tidak ada gundukan sama sekali. Jadi sejauh mata memandang, Belanda begitu datar dan langit seolah-olah berada di atas kepala kita.
BlogItemURL>
">Link

Senin, 16 Maret 2009

Studi di Belanda, ticket to a global community : Sejuta Kemudahan Pendidikan di Belanda



Siapa sih yang gak tau Netherlands?
Negeri yang banyak menyimpan sejuta sejarah ini begitu mempesona. Mulai dari tempat pariwisatanya sampai kebudayaannya. Apalagi untuk Indonesia yang memiliki hubungan sejarah yang erat dengan Belanda. Bukan hanya itu, menurut dosen saya yang telah menempuh pendidikan di Belanda, pendidikan di Belanda juga sangat menarik dan berbeda dengan negara Eropa lainnya atau pun Amerika. kehidupan di Belanda yang multikultural dan individual kadang sangat mengguncang pelajar-pelajar yang berasal dari negara lain. Mau tidak mau mereka yang ingin melanjutkan pendidikannya di Belanda harus mengetahui karakter orang Belanda, komunitas masyarakatnya serta budaya mereka yang bisa dibilang raar (aneh) untuk kita. Di Belanda juga tinggal banyak orang yang berasal dari latar belakang budaya yang berbeda-beda. Jadi tepat sekali kalo "BELANDA TICKET TO A GLOBAL COMMUNITY"










gambar diunggah dari www.google.com



Sistem Pendidikan di Belanda

Rasanya gak asyik kalo kita bicara Studi di Belanda tanpa mengetahui sistem pendidikannya. Berikut adalah bagaimana sistem pendidikan Belanda dan perbedaanya di negara Eropa lainnya.

Sistem pendidikan di Belanda sangat berbeda dengan sistem pendidikan yang dikenal di Asia, Amerika, bahkan di sebagian besar wilayah Eropa. Di Eropa sendiri, sistem pendidikan ala Belanda hanya dikenal oleh beberapa negara, antara lain Jerman dan Swedia. Salah satu perbedaan sistem pendidikan di Belanda adalah penjurusan yang sudah dimulai sejak pendidikan di tingkat dasar dengan mempertimbangkan minat dan kemampuan akademis dari siswa yang bersangkutan.
Secara umum, sistem penjurusan tersebut dapat dikategorikan sebagai berikut:
  • Pendidikan tingkat dasar dan lanjutan (De basisschool en Het voortgezet onderwijs)
  • Pendidikan tingkat menengah kejuruan (Het beroepsonderwijs)
  • Pendidikan tingkat tinggi (Het hoger onderwijs)
Pendidikan Tingkat Dasar dan Lanjutan (De basisschool en Het voortgezet onderwijs)
Sebelum memasuki basisschool (sekolah dasar), kebanyakan anak-anak di Belanda mengikuti peuterspeelzaal (taman kanak-kanak). Sekolah ini diperuntukan bagi anak-anak berusia 2 tahun. Di sana mereka akan belajar sambil bermain dengan anak-anak lainnya. Setiap kota di Belanda memiliki taman kanak-kanak. Tetapi kadang-kandang taman kanak-kanak juga ada di basisschool dan biasanya ada daftar tunggu. Jadi sebelum anak berusia 2 tahun, kita bisa mendaftarkannya terlebih dahulu. Untuk orang asing (bukan orang belanda) dan imigran, peuterspeelzaal ini sangatlah penting karena mereka akan diajarkan berbahasa belanda sejak dini.

Di Belanda anak-anak yang berusia 5 sampai 17 tahun harus sekolah. Ini dikarenakan adanya undang-undang wajib belajar sampai berusia 12 tahun yang disebut leerplichtig. Apabila anak-anak yang berusia tersebut tidak sekolah, maka orang tua mereka akan dikenakan boete (denda). Hal ini justru sangat berbeda dengan sistem wajib belajar di Indonesia. walaupun di Indonesia sudah ada wajib belajar 9 tahun, tetapi masih banyak anak-anak yang tidak sekolah. Jika anak telah berusia 4 tahun, mereka harus masuk basisschool (sekolah dasar). Basisschool berlangsung selama kurang lebih 8 tahun. Di Belanda ada banyak macam-macam basisschool yaitu umum, protestan, katolik, yahudi dan sekolah islam. Selain itu juga ada basisschool spesial untuk anak-anak cacat.


Orang tua dapat memilih sendiri basisschool untuk anaknya. Jika si anak telah berusia 3 tahun, orang tua sudah harus memilih mana basisschool yang cocok untuk anaknya. Sering kali basisschool di Belanda juga memiliki daftar tunggu seperti peuterspeelzaal. Selain itu di kota-kota besar Belanda juga memiliki sekolah yang dibedakan berdasarkan warna kulit. Ada sekolah witte (untuk anak yang berkulit putih), gemengde (untuk yang peranakan/blasteran), dan zwarte (untuk yang berkulit hitam). Tidak begitu jelas mengapa sekolah-sekolah ini dibedakan. Sekolah witte khusus diperuntukan bagi anak-anak Belanda, di sekolah gemengde untuk anak-anak belanda dan bukan orang Belanda-imigran red dan di sekolah zwarte khusus untuk anak-anak imigran.


Menurut kota praja di Amsterdam pada tahun 1999, 55% dari pengajar di basisschool adalah allochtoon (bukan orang belanda asli). Oleh karena itu kadang-kadang orang Belanda tidak memasukan anak mereka ke dalam sekolah zwarte karena menurut mereka sekolah yang lebih dari 50% isinya adalah anak-anak bukan asli Belanda akan mempengaruhi prestasi anak-anak mereka. Dari sini bisa terlihat salah satu karakter orang Belanda yang menjaga jarak (afstand) dengan orang lain.


Di basisschool anak-anak akan belajar disamping Bahasa Belanda dan berhitung juga Bahasa Inggris, Ilmu Bumi, Sejarah dan Biologi. Di samping itu mereka juga akan mendapatkan pelajaran tentang lalu lintas, ungkapan dan sanitas atau kebersihan. Kadang-kadang juga anak-anak mendapatkan pelajaran renang dan informasi tentang macam-macam religi. Lalu untuk orang bukan asli Belanda kadang-kadang mereka mendapatkan pendidikan khusus dalam bahasa mereka sendiri.


Di Belanda orang tua harus sering berhubungan dengan sekolah maupun pengajarnya dan beberapa kali dalam setahun anak-anak akan mendapatkan rapor untuk dibawa pulang. Orang tua juga dapat membuat janji dengan pengajar untuk membicarakan anaknya. kadang-kadang orang tua juga diperbolehkan membantu anaknya di dalam kelas untuk membacakan dongeng atau membantu mempersiapkan pesta. Di akhir tahun basisschool (grup 8), anak-anak harus mengikuti semacam ujian kelulusan yang disebut Cito-toets. Hasil dari ujian ini sangat penting untuk menentukan pilihan di het voortgezet onderwijs (pendidikan lanjutan).











gambar diunggah dari www.google.com


Pendidikan lanjutan yang dimulai sejak siswa berumur 12 tahun dan diwajibkan sampai umur 16 tahun ini, terdiri dari beberapa jenis, antara lain pendidikan persiapan kejuruan (VBO), pendidikan lanjutan umum menengah (MAVO), pendidikan lanjutan umum tinggi (HAVO), dan pendidikan persiapan ilmu pengetahuan (VWO). Pendidikan menengah kejuruan (MBO) dan sistem magang (LLW) merupakan pendidikan lanjutan, yang dapat diikuti setelah menyelesaikan salah satu dari jenis pendidikan tersebut diatas. VBO dan MAVO mempunyai masa belajar 4 tahun dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti pendidikan menengah kejuruan dan sistem magang. Masa belajar HAVO adalah 5 tahun dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengikuti pendidikan tinggi kejuruan. VWO yang memiliki masa belajar 6 tahun memberikan kesempatan kepada siswa untuk memasuki universitas.


Siswa yang mengikuti sekolah untuk VBO, MAVO, HAVO atau VWO, selama 3 tahun pertama mengikuti pembentukan dasar (basisvorming), terdiri dari penawaran 15 mata pelajaran wajib. Kemudian pendidikan sekolah dilanjutkan dan siswa dapat mempersiapkan diri untuk ujian akhir tertulis (yang disusun dan diadakan dibawah pengawasan pemerintah), yang didahului oleh ujian sekolah. Dengan surat keterangan atau diploma MBO atau sistem magang lanjutan, siswa dapat memulai usaha di Belanda dan sejumlah negara UNI Eropa lainnya sebagai pengusaha mandiri. MBO berbeda dengan LLW, karena MBO merupakan pendidikan penuh sedangkan LLW merupakan kombinasi pendidikan di sekolah dan pelatihan praktik di tempat usaha atau perusahaan.

Pendidikan Tingkat Menengah Kejuruan (Het beroepsonderwijs)


Pendidikan tingkat menengah kejuruan yang dikenal dengan MBO (4 tahun) merupakan gabungan dari bekerja dan belajar. Di berikan dalam beberapa jurusan, antara lain: ekonomi, kesehatan, perawatan diri, kesejahteraan dan pertanian. kita diberikan pelatihan praktik kerja di tempat usaha (4 hari per minggu) dan teori disekolah (1 hari per minggu). Di Belanda kira-kira ada 400 pendidikan kejuruan yang berbeda-beda. 2 tahun pertama disebut pendidikan dasar (basisopleiding) setelah itu 2 tahun sisanya pendidikan lanjutan. Program MBO diberikan dalam 4 tingkatan (1-4 tahun) dan hanya lulusan dari tingkat 4 MBO saja yang dapat memiliki akses ke HBO.

Pendidikan Tingkat Tinggi (Het hoger onderwijs)

Di Belanda, pendidikan tingkat tinggi dibagi menjadi 2 bagian, Universitas (WO) dan Hogeschool (HBO). Hogeschool memberikan pendidikan yang bersifat siap guna untuk siswa yang ingin langsung terjun ke lapangan pekerjaan praktis, sedangkan Universitas memberikan pendidikan yang bersifat spesifik atau penjurusan berdasarkan ilmu-ilmu murni. Pada setiap tahun pertama HBO atau WO dilakukan penyaringan yang disebut dengan masa propedeuse. Dalam proses ini, setiap siswa diwajibkan menyelesaikan mata pelajaran tahun pertama mereka dalam waktu dua tahun. Jika siswa tersebut gagal, maka ia akan dikeluarkan dari jurusannya Drop Out-red. Setelah tahun 2002, pemerintah Belanda memberlakukan sistem pendidikan tingkat tinggi yang baru. Pada sistem baru ini, pendidikan tingkat tinggi dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu : Bachelor dan Master (BAMA) serta Phd degree.






gambar diunggah dari www.google.com

Kita pasti pernah punya mimpi untuk kuliah di luar negeri. Tapi kadang mimpi itu keburu sirna dengan kendala-kendala yang mungkin saja terjadi untuk mewujudkan mimpi itu. Salah satunya yaitu masalah dana atau finansial. Eiiit!!!!! jangan takut, bagi siapa saja yang memiliki mimpi untuk meneruskan pendidikannya di luar negeri, Belanda adalah salah satu solusinya. Negeri Belanda telah sejak lama memberikan tunjangan-tunjangan ataupun biaya pendidikan, baik untuk masyarakatnya sendiri maupun untuk warga asing.
Di basisschool pendidikan gratis. Orang tua hanya diwajibkan membayar uang iuran atau sumbangan. Di sekolah lanjutan anak-anak mulai usia 16 tahun harus membayar uang sekolah (sekitar 1500 gulden dulu) dan uang buku. Sampai usia 18 tahun siswa-siswi yang orang tuanya membayar uang sekolah dari tunjangan atau asuransi/yang memiliki penghasilan rendah bisa mendapatkan ganti rugi uang sekolah (studiekosten). Siswa yang berusia 18 tahun sampai 27 tahun mendapatkan studiefinanciering/beasiswa. Untuk pelajar yang berusia diatas 27 tahun,ehm....di Belanda juga ada kemungkinan kok....Ada yang bekerja sambil kuliah. jadi mereka membiayai kuliah mereka sendiri. Salah satu cara untuk menempuh pendidikan apabila tidak memiliki biaya yang besar adalah melalui Arbeidsbureau/biro penyalur tenaga kerja. Di sana mereka akan diberikan pendidikan gratis sambil bekerja walaupun hanya sebentar.
BlogItemURL>
">Link